DewiLestari (Dewi "Dee" Lestari Simangunsong) Malaikat Juga Tahu lyrics: juga / Bahagiamubahagiaku pasti / Berbagi takd Deutsch English Español Français Hungarian Italiano Nederlands Polski Português (Brasil) Română Svenska Türkçe Ελληνικά Български Русский Српски العربية
RBTlagu ini:Indosat: 0610401, kirim ke 808XL: 11700248, kirim ke 1818Telkomsel: RING ON 2210297, kirim ke 1212Esia: RING 2210297, kirim ke 888Info lebih lan
DemiKebenaran Dan Keadilan. WASPADA Harian Umum Nasional Terbit Sejak 11 Januari 1947. Pendiri: H. Mohd. Said (1905 - 1995), Hj. Ani Idrus (1918 - 1999) MINGGU, Wage, 3 Agustus 2014/7 Syawal 1435
LirikLagu dan Chord Kunci Gitar Dewi "Dee" Lestari - Malaikat Juga Tahu. Jumat, 21 Februari 2020 14:24 WIB. Tribun Video
MalaikatJuga Tahu merupakan cerpen kedua dalam Rectoverso, menceritakan persahabatan Abang dengan tokoh perempuan. Abang mengidap autis pada saat dunia kedokteran masih awam soal autisme sehingga tak pernah tertangani dengan baik. Perempuan itu hafal rutinitas ketat Abang. Abang memangkas rumput setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu.
ChordDewi Lestari Malaikat Juga Tahu, Tak bersayap, tak cemerlang, tak rupawan - Karna kau tak lihat terkadang malaikat, tak bersayap, tak cemerlang, tak rupawan adalah penggalan lagu Malaikat Juga Tahu yang dinyanyikan oleh Dewi Lestari. Lagu melow ini salah satu lagu yang asik untuk gitaran. Berikut kami informasikan kunci gitar mudah dari kunci C dan lirik dari lagu Malaikat Juga Tahu.
. a. Alur Alur memegang peranan penting dalam sebuah cerita. Selain sebagai dasar bergeraknya cerita, alur yang jelas akan mempermudah pemahaman pembaca terhadap cerita yang disajikan. Alur merupakan tempat lewatnya rentetan peristiwa yang merupakan tindak-tanduk yang berusaha memecahkan konflik yang terdapat di dalamnya. Alur dalam cerpen Malaikat Juga Tahu, karya Dewi Lestari menggambarkan lima peristiwa. Peristiwa pertama menceritakan tentang adanya rutinitas malam Minggu yang terjadi di rumah Bunda yang dijalani bersama oleh seorang Laki-laki dan Perempuan. Sang Perempuan itu hafal segala rutinitas ketat yang berlaku di sana yang dijalani oleh sang Laki-laki itu. Dari memangkas rumput, mencuci baju, menjerang air, hingga menghitung koleksi sabun mandinya. Rumah Bunda yang besar dan memiliki banyak kamar merupakan rumah kos yang paling legendaris. Bunda adalah Ibu dari Laki-laki itu Peristiwa pertama di atas merupakan tahap permulaan. Pada peristiwa tersebut pengarang memperkenalkan tokoh-tokohnya dan menjelaskan terjadinya tempat peristiwa Peristiwa kedua menceritakan bahwa Laki-laki yang biasa dipanggil Abang itu adalah orang yang paling dihindari oleh anak-anak kos di rumah Bunda. Laki-laki itu dihindari karena di dalam tubuh pria 38 tahun itu bersemayam mental anak 4 tahun, atau dengan kata lain si Abang menderita gangguan jiwa autis. Abang tidak galak dan tidak menggigit, tapi orang-orang sering dibuat habis akal jika berdekatan dengannya. Rutinitas Abang setiap harinya juga berbeda dengan rutinitas manusia normal. Abang mempunyai dunia sendiri yang orang lain tidak mengerti. Rutinitas yang dijalani Abang tidak mungkin dapat diubah. Orang autis seperti Abang bukan tidak mungkin memiliki kelebihan. Abang pandai menghafal dan bermain angka, serta gemar mempreteli teve, radio, bahkan mobil, lalu merakitnya lagi lebih baik dari semula. Bahkan Abang hafal tahun, hari, jam, bahkan menit dari banyak peristiwa. Abang pandai menangkap nada dan memainkannya di atas piano. Namun Abang tidak paham mengapa orang-orang harus pergi bekerja dan mengapa mereka bercita-cita. Dari semua kelebihan Abang tersebut, ada kelebihan lain yang tidak diketahui orang lain. Hanya perempuan itu yang tahu, yaitu Abang adalah pendengar yang luar biasa. Perempuan itu bisa bebas bercerita semua masalahnya dengan Abang. Bagi si Perempuan itu, Abang adalah sahabat yang luar biasa. Namun, semua kehangatan yang terjadi antara Abang, Perempuan itu dan Bunda tidak akan berubah jika Bunda tidak menemukan surat-surat yang ditulis oleh Abang. Abang menuliskan surat cinta dengan tahu itu adalah surat cinta Abang kepada Perempuan itu. Abang jatuh cinta dengan si Perempuan itu. Saat ditemukannya surat cinta tersebut, adik Abang datang dari luar negeri. Adik Abang, si bungsu merupakan hadiah dari Tuhan untuk ketabahan Bunda yang cepat menjanda dan anak pertamanya meninggal karena penyakit langka. Anak kedua Bunda yaitu Abang menderita autis. Sedangkan si Bungsu menurut orang-orang adalah figur sempurna. Ia pintar dan fisiknya menarik. Kehadiran si Bungsu dalam kehidupan Abang dan Perempuan itu telah mengubah kehangatan suasana di rumah Bunda, karena ternyata si Bungsu telah memacari Perempuan satu-satunya yang dikirimi surat cinta oleh Abang. Bunda tahu bahwa segala rutinitas Abang sangat berhubungan kepada Perempuan itu. Peristiwa kedua di atas merupakan tahap pertikaian. Pada peristiwa tersebut muncul kekuatan dan sikap yang bertentangan dengan tokoh-tokohnya. Kemudian suasana tersebut mulai menunjukkan suasana yang emosional karena tokoh-tokohnya mulai terlibat ke dalam konflik. Suasana emosional tersebut tampak pada peristiwa saat Bunda menemukan surat cinta Abang untuk si Perempuan itu. Akhirnya Bunda mengetahui bahwa Abang mencintai Perempuan itu. Pada peristiwa kedua tahap pertikaian ini, terdapat sikap yang bertentangan dengan tokoh-tokohnya yaitu perasaan Bunda yang bingung setelah mengetahui bahwa Abang mencintai perempuan itu, sedangkan Perempuan itu telah dipacari si Bungsu adik Abang. Pada tahap ini mulai muncul kekuatan emosional antar tokohnya. Peristiwa kedua ini merupakan tahap pertikaian dan sekaligus juga kembali ke peristiwa awal. Pada Peristiwa ketiga menceritakan adanya perdebatan antara Bunda, si Bungsu dan Perempuan itu. Pertama kali Bunda mengetahui si Bungsu dan Perempuan itu berpacaran, Bunda langsung mengadakan pertemuan empat mata. Bunda memilih Perempuan itu, untuk diajak berbicara pertama karena dipikirnya akan lebih mudah. Dalam pembicaraan dengan Perempuan itu, Bunda mengatakan bahwa Abang lebih tulus mencintai Perempuan itu daripada si Bungsu. Menurut Bunda, Abang mencintai bukan cuma dengan hati, tapi seluruh jiwanya. Sedangkan si Bungsu memang cinta sama Perempuan itu, tapi kalau kalian putus, si Bungsu dengan gampang cari lagi karena si Bungsu sempurna fisiknya. Tapi Abang akan mencintai Perempuan itu seumur hidupnya. Bagi Perempuan itu, dia tidak mungkin memilih Abang yang menderita autis untuk dijadikan pacar. Disisi lain, walaupun Bunda adalah Ibu kandung dari Abang dan si Bungsu, Bunda bukan malaikat yang bisa baca pikiran orang lain, Bunda tidak bisa bilang siapa yang lebih sayang sama Perempuan itu. Abang memang autis tetapi Abang tidak bodoh, dan Abang akan segera tahu si Bungsu dan Perempuan itu berpacaran. Apabila Abang tahu, maka mungkin hidup abang tidak akan bertahan karena segala rutinitas Abang sudah berhubungan dengan keberadaan Perempuan itu. Dalam perdebatan antara mereka bertiga, Bunda mengharuskan Perempuan itu untuk tetap menemani Abang setiap malam Minggunya, tidak bisa tidak karena, hanya keberadaan Perempuan itulah yang dapat membuat Abang bertahan. Peristiwa ketiga diatas merupakan tahap perumitan. Pada tahap ini suasana dalam cerita semakin memanas karena konflik mulai mendekati puncaknya. Konflik-konflik yang mulai memuncak itu dialami antara Bunda dengan si Bungsu dan Perempuan itu. perdebatan antara Bunda, si Bungsu dan Perempuan itu. Perdebatan tersebut terjadi ketika Bunda tahu bahwa si Bungsu dan Perempuan itu berpacaran, padahal Abang sangat mencintai Perempuan itu. Peristiwa keempat menceritakan tentang keputusan si Bungsu dan Perempuan itu untuk pergi dari rumah itu selama-lamanya. Pergi dari kehidupan yang mereka anggap seeperti penjara. Mereka menolak permintaan Bunda yaitu agar Perempuan itu tetap menemani Abang setiap malam Minggunya. Saat itulah persahabatan antara Abang dengan Perempuan itu hancur. Setelah Perempuan itu meninggalkan Abang, Bundalah yang mengisi setiap malam Minggu Abang. Suasana malam Minggu di rumah Bunda kini menjadi suasana yang mengerikan karena saat malam Minggu tiba, semua anak kos akan menyingkir. Mereka tidak tahan mendengar suara lolongan, batang-barang yang diberantaki. Setiap malam Minggu Abang akan mengamuk, karena Perempuan itu tidak datang menemaninya. Setelah mengamuk Abang akan kelelahan dan tertidur di pangkuan Bunda. Kalau terpaksa, Bunda akan menutup hari anaknya dengan obat penenang. Peristiwa keempat di atas merupakan tahap puncak. Pada peristiwa ini merupakan tahapan dimana konflik mencapai titik optimal. Konflik pada peristiwa empat ini mencapai titik optimal yaitu saat Perempuan itu memutuskan untuk pergi meninggalkan Abang. Perempuan itu memilih pergi bersama si Bungsu. Peristiwa kelima menceritakan tentang cinta seorang Ibu yang setia dan abadi untuk anaknya. Pada setiap penghujung malam Minggu, Bunda bersandar kelelahan dengan keringat membasahi wajah, Abang yang berbadan dua kali lebih besar tertidur itu meninggalkannya, namun Bunda tetap setia mendampingi Abang, meskipun Abang sering mengamuk setiap malam Minggu. “Cintanya adalah paket air mata, keringat, dan dedikasi untuk merangkai jutaan hal kecil agar dunia ini menjadi tempat yang indah dan masuk akal bagi seseorang. Bukan baginya. Cintanya tak punya cukup waktu untuk dirinya sendiri” Dewi Lestari, 200821. Kutipan tersebut menunjukkan bahwa cinta seorang Ibu adalah paket keabadian yaitu dikala senang dan sedih ibu tetap menemani anaknya. Waktu dan jiwa raga Bunda didedikasikan kepada Abang agar Abang walaupun autis tetap memiliki kehidupan yang indah di dunia selayaknya orang yang normal. Peristiwa kelima ini merupakan tahap akhir. Tahap akhir merupakan tahap kesimpulan dari segala masalah yang dipaparkan. Pada akhirnya, cinta Ibulah yang abadi. Bunda tidak akan meninggalkan Abang seperti Perempuan itu. Dan akhirnya kita tahu siapa yang pantas dijuluki malaikat bagi Abang yaitu Bunda. Dari uraian lima peristiwa dalam cerpen Malaikat Juga Tahu tersebut dapat diketahui bahwa cerpen tersebut memiliki alur mayoritas yaitu alur maju, meskipun pada bagian peristiwa kedua yaitu tahap pertikaian terdapat tahap permulaan juga, yaitu pengarang memperkenalkan kembali adanya tokoh yang terlibat, tetapi hanya sedikit dan alurnya masih tetap maju. b. Penokohan Penokohan merupakan penggambaran watak tokoh seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita. Setiap manusia memiliki sifat dan watak khas yang membedakan satu manusia dengan manusia lainnya. Tokoh-tokoh yang terdapat di dalam cerpen Malaikat Juga Tahu tersebut adalah Abang, Perempuan itu, Bunda dan si Bungsu. 1. Abang Tokoh ini dikenal dengan panggilan Abang. Dari awal cerita tokoh Abang digambarkan dengan adanya keanehan-keanehan yang terjadi di dalam dirinya. Rutinitas tokoh Abang tidak seperti rutinitas orang normal lainnya. Dengan kata lain, dapat dikatakan abang adalah orang yang tidak normal. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut. “Laki-laki disebelahnya memangkas rumput setiap hari Selasa, Kamis dan Sabtu. Mencuci baju putih setiap Senin, baju berwarna gelap hari Rabu, baju berwarna sedang hari Jumat. Menjerang air panas setiap hari pukul enam pagi untuk semua penghuni rumah. Menghitung koleksi sabun mandinya yang bermerek sama dan berjumlah genap seratus, setiap pagi dan sore” Dewi Lestari, 200814. “Setiap pagi dia membangunkan seisi rumah itu dengan ketukannya di pintu dan secerek air panas untuk mandi. Dia menjemput baju-baju kotor dan bisa ngadat kalau disetorkan warna yang tidak sesuai dengan jadwal mencucinya” Dewi Lestari, 200816. Kutipan di atas menunjukkan bahwa rutinitas sehari-hari yang dilakukan Abang tidak seperti orang yang normal. Abang berusia 38 tahun namun memiliki mental seperti anak umur 4 tahun. Dalam ilmu kedokteran, Abang mengidap penyakit kelainan jiwa yaitu autis. Meskipun begitu Abang adalah seorang yang pintar. Abang pandai menghafal dan bermain angka. Abang hafal tahun, hari, jam, bahkan menit dari banyak peristiwa. Abang pandai menangkap nada dan memainkannya persis sama di atas piano, bahkan lebih sempurna. Selain pandai, Abang juga pendengar yang luar biasa bagi si Perempuan itu. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun Abang autis tetapi dia masih memiliki hati yang baik. Abang merupakan sahabat yang luar biasa. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut. “Perempuan di pekarangan itu tahu sesuatu yang orang lain tidak. Abang adalah pendengar yang luar biasa. Perempuan itu bisa bebas bercerita masalah percintaannya yang berjubel dan selalu gagal. Tidak seperti kebanyakan orang, abang tidak bisa beradu mata lebih dari lima detik, tapi sedetik pun abang tidak pernah pergi dari sisinya. Ia pun menyadari sesuatu yang orang lain tidak. Laki- laki disampingnya itu bisa jadi sahabat yang luar biasa” Dewi Lestari, 200816. Dalam menggambarkan watak tokoh Abang, pengarang menggambarkannya dengan cara analitik, yaitu pengarang langsung menceritakan karakter tokoh-tokoh dalam cerita. Hal ini dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut. “Bukannya tidak mungkin berkomunikasi wajar dengan abang, hanya saja perlu kesabaran tinggi yang berbanding terbalik dengan ekspektasi. Dalam tubuh pria 38 tahun itu bersemayam mental anak 4 tahun, demikian menurut para ahli jiwa yang didatangi bunda. Sekalipun abang pandai menghafal dan bermain angka, ia tidak bisa mengobralkan makna. Abang gemar mempreteli teve, radio bahkan mobil, lalu merakitnya lagi lebih baik dari semula. Dia hafal tahun, hari, jam, bahkan menit dari banyak peristiwa. Dia menangkap nada dan memainkannya persis sama di atas piano, bahkan lebih sempurna. Namun dia tidak memahami mengapa orang-orang harus pergi bekerja dan mengapa mereka bercita-cita” Dewi Lestari, 200816 Dari kutipan tersebut jelas terlihat bahwa pengarang menggambarkan secara langsung bagaimana sosok tokoh Abang. Tokoh Abang mempunyai sifat dan karakter yang dapat dirumuskan ke dalam beberapa dimensional, sebagai berikut. 1. Dimensi Fisiologis ciri-ciri lahir Abang berusia 38 tahun namun tingkat kedewasaannya sama dengan anak umur 4 tahun. Jenis kelamin Abang adalah laki-laki. Hal ini dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut. “Dalam tubuh pria 38 tahun itu bersemayam mental anak 4 tahun, demikian menurut para ahli jiwa yang didatangi Bunda” Dewi Lestari, 200816. Keadaan tubuh tokoh Abang besarnya dua kali lipat lebih besar dari Bunda. Hal ini dapat dilihat pada kutipan sebagai berikut “…………., anaknya yang berbadan dua kali lebih besar tertidur memeluk kakinya erat-erat” Dewi Lestari, 200820. 2. Dimensi Sosiologis ciri-ciri kehidupan masyarakat Abang bukan manusia normal, jadi dalam menjalani kehidupan bermasyarakat juga tidak normal. Dia tidak bisa bergaul dengan orang lain, kecuali dengan Perempuan itu dan Bunda. Hanya mereka yang dapat mengerti Abang. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut. “Laki-laki itu, yang biasa mereka panggil Abang, adalah makhluk yang paling dihindari di rumah Bunda, nomor dua sesudah blasteran Doberman yang galaknya di luar akal tapi untungnya sekarang sudah ompong dan buta. Abang tidak galak, tidak menggigit, tapi orang-orang sering dibuat habis akal jika berdekatan dengannya” Dewi Lestari, 200816. Pada kutipan di atas terlihat bahwa tokoh Abang tidak dapat bergaul dengan orang normal lainnya. Hanya dengan Bunda dan Perempuan itu Abang bisa bergaul. Meskipun Abang tidak normal, namun Abang sangat pandai. Abang gemar mempreteli teve, radio, bahkan mobil, lalu merakitnya lagi lebih baik dari semula. Dia hafal tahun, hari, jam bahkan ,menit dari banyak peristiwa. Dia menangkap nada dan memainkannya persis sama di atas piano, bahkan lebih sempurna. Hal- hal yang Abang miliki, mungkin tidak dimiliki oleh kebanyakan manusia normal lainnya. 3. Dimensi Psikologis latar belakang kejiwaan Dimensi psikologis pada tokoh Abang adalah hal yang paling utama diceritakan oleh pengarang. Latar belakang kejiwaan Abang jauh dari normal. Walaupun umur Abang tergolong dewasa yaitu 38 tahun, namun Abang memiliki mental seperti anak umur 4 tahun, dengan kata lain, Abang adalah orang yang tidak “…….., lalu anak keduanya, Abang, mengidap autis pada saat dunia kedokteran masih awam soal autisme sehingga tak pernah tertangani dengan baik” Dewi Lestari, 200817. Berdasarkan kutipan di atas dapat dilihat bahwa tokoh Abang adalah orang yang tidak normal. Abang mengidap kelainan jiwa yaitu autis. Abang tidak galak dan tidak menggigit, namun orang-orang sering dibuat habis akal jika berdekatan dengannya. Rutinitas Abang juga berbeda dengan orang normal lainnya. Setiap pagi ia membangunkan seisi rumah itu dengan ketukannya di pintu dan secerek air panas untuk mandi. Abang menjemput baju-baju kotor dan bisa marah jika disetorkan warna yang tidak sesuai dengan jadwal mencucinya. Mencuci baju putih setiap Senin, baju warna gelap hari Rabu, baju warna sedang hari Jumat. Abang juga memangkas rumput setiap hari Selasa, Kamis dan Sabtu. Hal ini dapat dilihat pada kutipan berikut. “Setiap pagi dia membangunkan seisi rumah itu dengan ketukannya di pintu dan secerek air panas untuk mandi. Dia menjemput baju-baju kotor dan bisa ngadat kalau disetorkan warna yang tidak sesuai dengan jadwal mencucinya” Dewi Lestari, 200816. “Laki-laki disebelahnya memangkas rumput setiap hari Selasa, Kamis dan Sabtu. Mencuci baju putih setiap Senin, baju berwarna gelap hari Rabu, baju berwarna sedang hari Jumat. Menjerang air panas setiap hari pukul enam pagi untuk semua penghuni rumah. Menghitung koleksi sabun mandinya yang bermerek sama dan berjumlah genap seratus, setiap pagi dan sore” Dewi Lestari, 200814. Perilaku pada kutipan di atas yang dilakukan oleh seseorang yang menderita kelainan jiwa autis pasti akan sulit dimengerti oleh seseorang yang jiwanya normal. Begitupula yang dilakukan oleh Abang dan tidak dapat dimengerti oleh berjumlah genap seratus dan Abang akan menghitung koleksinya itu setiap Pagi dan Sore. Bagi abang seratus sabun adalah syarat bagi dia untuk hidup yang wajar.
oleh Dewi “Dee” Lestari Laki-laki dan perempuan itu terbaring di atas rumput, menatap bintang yang bersembulan dari carikan awan kelabu. Saat yang paling tepat untuk bermalam minggu di pekarangan. Perempuan itu hafal rutinitas ketat yang berlaku di sana. Laki-laki di sebelahnya memangkas rumput setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu. Mencuci baju putih setiap Senin, baju berwarna gelap setiap Rabu, baju berwarna sedang setiap Jumat. Menjerang air panas setiap hari pukul enam pagi untuk semua penghuni rumah. Menghitung koleksi sabun mandinya yang bermerek sama dan berjumlah genap seratus, setiap pagi dan sore. Banyak orang yang bertanya-tanya tentang persahabatan mereka berdua. Orang-orang penasaran tentang topik obrolan mereka dan apa kegiatan perempuan itu selama berjam-jam di sana. Sudah jadi pengetahuan umum bahwa ibu dari laki-laki itu, yang mereka sebut Bunda, sangat pandai memasak. Rumah Bunda yang besar dan memiliki banyak kamar adalah rumah indekos paling legendaris. Bahkan, ada ikatan alumni tak resmi dengan anggota ratusan, dipersatukan oleh kegilaan mereka pada masakan Bunda. Setiap Lebaran, Bunda memasak layaknya katering pernikahan. Terlalu banyak mulut yang harus diberi makan. Namun, jika cuma akses tak terbatas atas masakan Bunda yang jadi alasan persahabatan mereka berdua, orang-orang tidak percaya. Laki-laki itu, yang biasa mereka panggil Abang, adalah makhluk paling dihindari di rumah Bunda, nomor dua sesudah blasteran Doberman yang galaknya di luar akal, tapi untungnya sekarang sudah ompong dan buta. Abang tidak galak, tidak menggigit, tapi orang-orang sering dibuat habis akal jika berdekatan dengannya. Setiap pagi dia membangunkan seisi rumah itu dengan ketukannya di pintu dan secerek air panas untuk mandi. Dia menjemput baju-baju kotor dan bisa ngadat kalau disetorkan warna yang tidak sesuai dengan jadwal mencucinya. Sekalipun sanggup, Bunda tidak bisa memasang pemanas air bertenaga listrik atau sel surya. Anaknya harus menjerang air. Secerek air panas dan mencuci baju sewarna adalah masalah eksistensial bagi Abang. Mengubah rutinitas itu sama saja dengan menawar bumi agar berhenti mengedari matahari. Bukannya tidak mungkin berkomunikasi wajar dengan Abang, hanya saja perlu kesabaran tinggi yang berbanding terbalik dengan ekspektasi. Dalam tubuh pria 38 tahun itu bersemayam mental anak 4 tahun, demikian menurut para ahli jiwa yang didatangi Bunda. Sekalipun Abang pandai menghafal dan bermain angka, ia tak bisa mengobrolkan makna. Abang gemar mempreteli teve, radio, bahkan mobil, lalu merakitnya lagi lebih baik daripada semula. Dia hafal tahun, hari, jam, bahkan menit dari banyak peristiwa. Dia menangkap nada dan memainkannya persis sama di atas piano, bahkan lebih sempurna. Namun, dia tidak memahami mengapa orang-orang harus pergi bekerja dan mengapa mereka bercita-cita. Perempuan di pekarangan itu tahu sesuatu yang orang lain tidak. Abang adalah pendengar yang luar biasa. Perempuan itu bisa bebas bercerita masalah percintaannya yang berjubel dan selalu gagal. Tidak seperti kebanyakan orang, Abang tidak berusaha memberikan solusi. Abang menimpali keluh kesahnya dengan menyebutkan daftar album Genesis dan tahun berapa saja terganti pergantian anggota. Gerutuannya pada kumpulan laki-laki berengsek yang telah menghancurkan hatinya dibalas dengan gumaman simfoni Beethoven dan tangan yang bergerak-gerak memegang ranting kayu bak seorang konduktor. Abang tidak bisa beradu mata lebih dari lima detik, tapi sedetik pun Abang tidak pernah pergi dari sisinya. Ia pun menyadari sesuatu yang orang lain tidak. Laki-laki di sampingnya itu bisa jadi sahabat yang luar biasa. Barangkali segalanya tetap sama jika Bunda tidak menemukan surat-surat yang ditulis Abang. Untuk kali pertamanya, anak itu menuliskan sesuatu di luar grup musik art rock atau sejarah musik klasik. Ia menuliskan surat cinta—kumpulan kalimat tak tertata yang bercampur dengan menu makanan Dobi, blasteran Doberman yang tinggal tunggu ajal. Tapi ibunya tahu itu adalah surat cinta. Barangkali segalanya tetap sama jika adik Abang, anak bungsu Bunda, tidak kembali dari merantau panjang di luar negeri. Sang adik, kata orang-orang, adalah hadiah dari Tuhan untuk ketabahan Bunda yang cepat menjanda, disusul musibah yang menimpa anak pertamanya, seorang gadis yang bahkan tak sempat lulus SD, yang meninggal karena penyakit langka dan tak ada obatnya, lalu anak keduanya, Abang, mengidap autis pada saat dunia kedokteran masih awam soal autisme sehingga tak pernah tertangani dengan baik. Anak bungsunya, yang juga laki-laki, menurut orang-orang adalah figur sempurna. Ia pintar, normal, dan fisiknya menarik. Ia hanya tak pernah di rumah karena sedari remaja meninggalkan Indonesia demi bersekolah. Barangkali sang adik tetap menjadi figur yang sempurna jika saja ia tidak memacari perempuan satu-satunya yang dikirimi surat cinta oleh kakaknya. Bunda tahu, secerek air panas dan cucian berwarna seragam sudah resmi bergandengan dengan rutinitas lain perempuan itu. Dan bagi Abang, rutinitas tidak sekadar hobi, tetapi eksistensi. Kali pertama Bunda mengetahui si bungsu dan perempuan itu berpacaran, Bunda langsung mengadakan pertemuan empat mata. Ia memilih perempuan itu untuk diajak bicara pertama karena dipikirnya akan lebih mudah. “Bagi kamu, ini pasti terdengar aneh. Mereka dua-duanya anak Bunda. Tapi kalau ditanya, siapa yang bisa mencintai kamu paling tulus, Bunda akan menjagokan Abang.” Perempuan itu terenyak. Apa-apaan ini? pikirnya gusar. Jangan pernah bermimpi dia akan memilih manusia satu itu untuk dijadikan pacar. Jelas tidak mungkin. Bunda melanjutkan dengan suara tertahan, “Dia mencintai tidak cuma dengan hati. Tapi seluruh jiwanya. Bukan basa-basi surat cinta, tidak cuma rayuan gombal, tapi fakta. Adiknya bisa cinta sama kamu, tapi kalau kalian putus, dia dengan gampang cari lagi. Tapi Abang tidak mungkin cari yang lain. Dia cinta sama kamu tanpa pilihan. Seumur hidupnya.” “Tapi… Bunda bukan malaikat yang bisa baca pikiran orang. Bunda tidak bisa bilang siapa yang lebih sayang sama saya. Tidak akan ada yang pernah tahu.” Saat itu mata Bunda berkaca-kaca. Begitu juga dengan matanya. Tak lama mereka menangis berdua. Namun, ia tahu perbedaan dirinya dengan Bunda. Bagi perempuan itu, cinta tanpa pilihan adalah penjara. Ia ingin dirinya dipilih dari sekian banyak pilihan. Bukan karena ia satu-satunya pilihan yang ada. Masih sambil berbaring, dengan punggung tangannya, perempuan itu mengusap-usap rumput. Lengannya bergerak lambat dan gemulai seolah menarikan tari perpisahan. Ini akan menjadi malam Minggu terakhirnya di pekarangan serapi lapangan golf. Semalam mereka bicara bertiga. Dia, Bunda, dan si bungsu. “Dia tidak bodoh.” “Bunda, saya tahu dia tidak bodoh.” “Dia akan segera tahu kalian berpacaran.” “Mami, lebih baik dia tahu sekarang daripada nanti setelah kami menikah.” Bunda melengakkan kepala dengan tatapan tak percaya. “Bagi abangmu, apa bedanya sekarang dan nanti?” “Kami tidak mungkin sembunyi-sembunyi seumur hidup!” Anak laki-lakinya setengah berseru. “Kalau perlu, kalian harus sembunyi-sembunyi seumur hidup!” balas Bunda lebih tegas. “Ini tidak adil. Ini tidak masuk akal…,” protes anaknya lagi. “Jangan bicara soal adil dan masuk akal. Aturan kamu, aturan kita, tidak berlaku bagi dia…,” desis Bunda, “kamu tidak tinggal di rumah ini. Kamu tidak mengenalnya seperti Mami.” Suatu hari, pernah ada anak indekos yang jail. Dia menyembunyikan satu dari seratus sabun koleksi Abang. Bunda sedang pergi ke pasar waktu itu. Abang mengacak-acak satu rumah, lalu pergi minggat demi mencari sebatang sabunnya yang hilang. Tiga mobil polisi menelusuri kota mencari jejaknya. Baru sore hari ia ditemukan di sebuah warung. Ada sabun yang persis sama dipajang di etalase dan Abang langsung menyerbu masuk untuk mengambil. Penjaga warung menelepon polisi karena tidak berani mengusir sendiri. Kejadian itu mengharuskan Abang diterapi selama beberapa bulan ke rumah sakit dan diberi obat-obat penenang. Bunda tahu betapa anaknya membenci rumah sakit dan obat-obatan itu hanya membuat otaknya rapuh. Tak ada yang memahami bahwa seratus sabun adalah syarat bagi anaknya untuk beroleh hidup yang wajar. “Kamu harus tetap kemari setiap malam minggu. Tidak bisa tidak,” kata Bunda kepada perempuan itu. “Dan selama di rumah ini, kalian tidak boleh kelihatan seperti kekasih. Buat kalian mungkin tidak masuk akal. Tapi hanya dengan begitu abangmu bisa bertahan.” Selepas berbicara dengan Bunda, mereka berbicara berdua. Mereka sepakat untuk selama-lamanya pergi dari kehidupan rumah itu. Tidak mungkin mereka terpenjara setiap minggu di sana. Mereka menolak menjadi bagian dari ritual menjerang air, cuci baju, dan seratus sabun. Di pekarangan dengan tinggi rumput seragam, perempuan itu mengucapkan selamat tinggal di dalam hati. Persahabatan yang luar biasa ternyata mensyaratkan pengorbanan di luar batas kesanggupannya. Perempuan itu mengucap maaf berkali-kali dalam hati. Sejenak lagi, malam Minggu terakhir mereka usai. YYYYYYY Bunda menangisi setiap malam Minggu. Tidak pakai air mata karena ia tidak punya cukup waktu. Ia menangis cukup dalam hati. Semua anak indekos kini menyingkir jika malam Minggu tiba. Mereka tidak tahan mendengar suara lolongan, barang-barang yang diberantaki, dan seseorang yang hilir mudik gelisah mengucap satu nama seperti mantra. Menanyakan keberadaannya. Kalau beruntung, Abang akhirnya kelelahan sendiri lalu tertidur di pangkuan ibunya. Kalau tidak, sang ibu terpaksa menutup hari anaknya dengan obat penenang. Pada setiap penghujung malam Minggu, Bunda bersandar kelelahan dengan bulir-bulir besar peluh membasahi wajah, anaknya yang berbadan dua kali lebih besar tertidur memeluk kakinya erat-erat. Selain dengkuran dan napas anaknya yang memburu, tidak ada suara lain di rumah besar itu. Semua pergi. Dobi telah mati. Bunda tak bisa dan tak merasa perlu mengutuk siapa-siapa. Mereka yang tidak paham dahsyatnya api akan mengobarkannya dengan sembrono. Mereka yang tidak paham energi cinta akan meledakkannya dengan sia-sia. Perempuan muda itu benar. Dirinya bukan malaikat yang tahu siapa lebih mencintai siapa dan untuk berapa lama. Tidak penting. Ia sudah tahu. Cintanya adalah paket air mata, keringat, dan dedikasi untuk merangkai jutaan hal kecil agar dunia ini menjadi tempat yang indah dan masuk akal bagi seseorang. Bukan baginya. Cintanya tak punya cukup waktu untuk dirinya sendiri. Tidak perlu ada kompetisi di sini. Ia, dan juga malaikat, tahu siapa juaranya. Diketik ulang dari buku Dee. RectoVerso 11 Cerita Pendek Dee. Yogyakarta Bentang, 2013. Catatan Bhayu Cerpen ini diketik ulang sebagai rujukan bagi pembaca yang tertarik. Karena dalam beberapa artikel tulisan penulis berikutnya akan menyebutkan inspirasi dari sini.
Tulisan Dee pernah dimuat di beberapa media. Judulnya Malaikat Juga Tahu yang dipopulerkan oleh Glenn Fledly. Jangan Main Main Dengan Kelaminmu Mainan Adapun unsur-unsur yang dimaksud adalah malaikat juga tahu. Malaikat Juga Tahu Karya Dewi Lestari Laki-laki dan perempuan itu terbaring di atas rumput menatap bintang yang bersembulan dari carikan awan kelabu. Naskahnya mengadaptasi dari 5 cerita pendek dalam buku Rectoverso. Malaikat juga tahu Siapa yang jadi juaranya Kau selalu meminta terus kutemani. Dewi Dee Lestari Laki-laki dan perempuan itu terbaring di atas rumput menatap bintang yang bersembulan dari carikan awan kelabu. Terdapat 9 judul cerpen yang akan menjadi sumber data yaitu Tidur Firasat Cecak di Dinding Peluk Hanya Isyarat Aku Ada Selamat Ulang Tahun Malaikat Juga Tahu dan Curhat Buat Sahabat. Jadi apa yang dikatakan temanku sebelum kau mengakhiri hidupnya Malaikat maut mendekatkan mulutnya ke telinga laki-laki itu. Saat yang paling tepat untuk bermalam minggu di pekarangan. Bela-belain nulis ulang cerpen ini supaya bisa di baca sewaktu-waktu. Mencuci baju putih setiap Senin. Dedicated to my young brothe r. Laki-laki di sebelahnya memangkas rumput setiap Selasa Kamis dan Sabtu. Laki-laki di sebelahnya memangkas rumput setiap Selasa Kamis dan Sabtu. Di album ini juga Dee merilis ulang lagu milik Marcell Siahan berjudul Firasat. Ia dan juga malaikat tahu siapa juaranya. Laki-laki dan perempuan itu terbaring di atas rumput menatap bintang yang bersembulan dari carikan awan kelabu. Cerpen Malaikat Juga Tahu karya Dewi Lestari ini dapat digolongkan ke dalam teks transformasi karena teks ini merupakan teks baru yang mengacu kekinian lebih dahulu diciptakan dan adapun lirik lagu Malaikat Juga Tahu menjadi teks hipogram dari cerpen Malaikat Juga Tahu karya Dewi Lestari maka dari itu pemilihan korpus ini sangatlah tepat karena penulis dapat menganalisis menggunakan pendekatan intertekstualitas atau resepsi sastra. Sebelum Supernova keluar tak banyak orang yang tahu kalau Dee telah sering menulis. Perempuan itu hafal rutinitas ketat yang berlaku di sana. Ahhh aku suka banget lagu itu dan baru tau sekarang kalo dibalik lagu itu ada cerpen yang paling berkesan buat ku. Semoga kau suka dengan lagunya karena lagu itulah yang mencerminkan perasaanku padamu. Andaikan semua orang tahu jika masyarakat dan anak-anak yang berada di Pulau Rangsang ini juga memiliki kemampuan yang sama dengan anak-anak yang ada di kota. Peristiwa 2 kehidupan seorang Laki-laki autis yang dapat merasakan jatuh cinta. Fragmen Malaikat Juga Tahu naskah ditulis oleh Ve Handojo bercerita tentang perjuangan Bunda Dewi Irawan membesarkan anaknya yang autis Abang Lukman Sardi. Malaikat Hati Kecilku Cerpen Karangan. Alur pada cerpen menggambarkan 5 peristiwa. Malaikat Juga Tahu oleh. Dan kau slalu bercanda andai wajahku diganti Melarangku pergi karena tak sanggup sendiri Namun tak kau lihat. Aku tak pernah melihat malaikat hati kecilku dari kekurangan meski ku sadar suatu saat mereka akan meninggalkan kami. Cerpen Keluarga Cerpen Sedih Di Terbitkan pada. Malaikat Juga Tahu - Tulus Konser Salute Erwin Gutawa to 3 Female Songwriters. Aku baru tahu malaikat menyamar saat bekerja. Sumber data yang digunakan adalah buku cerpen Rectoverso karangan Dewi Lestari yang terdiri dari 170 halaman. Peristiwa 1 adanya rutinitas yang dijalani bersama oleh seorang Laki-laki dan Perempuan di rumah Bunda. AlurPlot Penokohan dan Perwatakan Latar Konflik Analisis Unsur Intrinsik Ekstrinsik Cerpen Dua Malaikat TERIMA KASIH KEYAKINAN PENULIS LATAR KEPENGARANGAN PENULIS MASYARAKAT PEMBACA Pembaca dapat lebih menghargai apa yang sudah mereka miliki dalam hidup. -Dee Kalian pernah denger lagunya dewi lestari yang judulnya malaikat juga tahu. Hits besarnya adalah Malaikat Juga Tahu. Perempuan itu hafal rutinitas ketat yang berlaku di sana. Glenn Fredly membawakan salah satu lagu soundtrack Rectoverso Malaikat Juga TahuAvailable on iTunes. Lagu cerpen dan video klip Malaikat Juga Tahu serta alih wahana yang terdapat dalam lirik lagu cerpen dan video klip Malaikat Juga Tahu karena walaupun antara lirik lagu cerpen dan video klip mempunyai judul yang sama tapi wujud realisasinya berbeda dan unsur strukturnya pun pasti berbeda. Dia bilang malaikat maut berbisik pelan ambil juga nyawanya ambil juga nyawanya dia yang membunuhku maka di sinilah aku sekarang. Film omnibus ini merupakan penggabungan 5 cerita hasil karya 5 sutradara. Malaikat juga tahu Siapa yang jadi juaranya Kau selalu meminta terus kutemani Dan kau slalu bercanda andai wajahku diganti Melarangku pergi karena tak sanggup sendiri Namun tak kau lihat Terkadang. Analisis unsur-unsur cerpen Malaikat Juga Tahu meliputi alur penokohan latar tema dan amanat. Cerpen Malaikat Juga Tahu merupakan cerita pendek karangan Evi Ertiana kamu dapat mengunjungi halaman khusus penulisnya untuk membaca cerpen cerpen terbaru buatannya. Hari ini ultah adik kembarku illy dan ify sang malaikat hati kecilku datang kepadaku ibu dan ayahku. Jangan pernah untuk tidak tersenyum karena bagian favoritku adalah melihat senyum manismu yang terukir indah di wajahmu. Anak-anak Pulau Rangsang juga pintar aku yakin suatu hari Pulau Rangsang dan anak-anak yang ada di sini pasti akan berubah menjadi lebih maju kata Ibu Aisyah di dalam hatinya. Melly Goeslaw Dewiq Dee LestariComposer. Saat yang paling tepat untuk bermalam minggu di pekarangan. Pin Di Humor Pin On Humor Mereka Bilang Saya Monyet Djenar Maesa Ayu Buku Sewabuku Perpustakaan Buku Fiksi Buku Membaca Anisa Anwar Analisis Intertekstualitas Pada Cerpen Malaikat Juga Tahu Karya Dewi Lestari Lirik Lagu Malaikat Juga Tahu Film Ini Diangkat Dari Kumpulan Cerpen Yang Diringkas Dalam Novel Milik Dewi Lestari Dengan Judul Yang Sama Dari Novel Tersebut Film Album Musik Cinta Sejati Laura Marsha Menceritakan Dua Orang Sahabat Yang Berpetualang Di Italia Laura Prisia Nasution Dengan Gayanya Yang Selalu Bioskop Orang Tua Tunggal Komedi Malaikat Juga Tahu Resty Amalia Komik Adab Rukun Iman Ebook Anak Komik Anak Pendidikan Anak Usia Dini Buku Komik Pin On Cerpen
Nama Mochamad Arfan Kelas XI RPL 2 Absen 17 Malaikat Juga Tahu Laki-laki dan perempuan itu terbaring di atas rumput, menatap bintang yang bersembulan dari carikan awan kelabu. Saat yang paling tepat untuk bermalam minggu di pekarangan. Perempuan itu hafal rutinitas ketat yang berlaku di sana. Laki-laki di sebelahnya memangkas rumput setiap Selasa, Kamis, dan Sabtu. Mencuci baju putih setiap Senin, baju berwarna gelap setiap Rabu, baju berwarna sedang setiap Jumat. Menjerang air panas setiap hari pukul enam pagi untuk semua penghuni rumah. Menghitung koleksi sabun mandinya yang bermerek sama dan berjumlah genap seratus, setiap pagi dan sore. Banyak orang yang bertanya-tanya tentang persahabatan mereka berdua. Orang-orang penasaran tentang topik obrolan mereka dan apa kegiatan perempuan itu selama berjam-jam di sana. Sudah jadi pengetahuan umum bahwa ibu dari laki-laki itu, yang mereka sebut Bunda, sangat pandai memasak. Rumah Bunda yang besar dan memiliki banyak kamar adalah rumah indekos paling legendaris. Bahkan, ada ikatan alumni tak resmi dengan anggota ratusan, dipersatukan oleh kegilaan mereka pada masakan Bunda. Setiap Lebaran, Bunda memasak layaknya katering pernikahan. Terlalu banyak mulut yang harus diberi makan. Namun, jika cuma akses tak terbatas atas masakan Bunda yang jadi alasan persahabatan mereka berdua, orang-orang tidak percaya. Laki-laki itu, yang biasa mereka panggil Abang, adalah makhluk paling dihindari di rumah Bunda, nomor dua sesudah blasteran Doberman yang galaknya di luar akal, tapi untungnya sekarang sudah ompong dan buta. Abang tidak galak, tidak menggigit, tapi orang-orang sering dibuat habis akal jika berdekatan dengannya. Setiap pagi dia membangunkan seisi rumah itu dengan ketukannya di pintu dan secerek air panas untuk mandi. Dia menjemput baju-baju kotor dan bisa ngadat kalau disetorkan warna yang tidak sesuai dengan jadwal mencucinya. Sekalipun sanggup, Bunda tidak bisa memasang pemanas air bertenaga listrik atau sel surya. Anaknya harus menjerang air. Secerek air panas dan mencuci baju sewarna adalah masalah eksistensial bagi Abang. Mengubah rutinitas itu sama saja dengan menawar bumi agar berhenti mengedari matahari. Bukannya tidak mungkin berkomunikasi wajar dengan Abang, hanya saja perlu kesabaran tinggi yang berbanding terbalik dengan ekspektasi. Dalam tubuh pria 38 tahun itu bersemayam mental anak 4 tahun, demikian menurut para ahli jiwa yang didatangi Bunda. Sekalipun Abang pandai menghafal dan bermain angka, ia tak bisa mengobrolkan makna. Abang gemar mempreteli teve, radio, bahkan mobil, lalu merakitnya lagi lebih baik daripada semula. Dia hafal tahun, hari, jam, bahkan menit dari banyak peristiwa. Dia menangkap nada dan memainkannya persis sama di atas piano, bahkan lebih sempurna. Namun, dia tidak memahami mengapa orang-orang harus pergi bekerja dan mengapa mereka bercita-cita. Perempuan di pekarangan itu tahu sesuatu yang orang lain tidak. Abang adalah pendengar yang luar biasa. Perempuan itu bisa bebas bercerita masalah percintaannya yang berjubel dan selalu gagal. Tidak seperti kebanyakan orang, Abang tidak berusaha memberikan solusi. Abang menimpali keluh kesahnya dengan menyebutkan daftar album Genesis dan tahun berapa saja terganti pergantian anggota. Gerutuannya pada kumpulan laki-laki berengsek yang telah menghancurkan hatinya dibalas dengan gumaman simfoni Beethoven dan tangan yang bergerak-gerak memegang ranting kayu bak seorang konduktor. Abang tidak bisa beradu mata lebih dari lima detik, tapi sedetik pun Abang tidak pernah pergi dari sisinya. Ia pun menyadari sesuatu yang orang lain tidak. Laki-laki di sampingnya itu bisa jadi sahabat yang luar biasa. Barangkali segalanya tetap sama jika Bunda tidak menemukan surat-surat yang ditulis Abang. Untuk kali pertamanya, anak itu menuliskan sesuatu di luar grup musik art rock atau sejarah musik klasik. Ia menuliskan surat cinta—kumpulan kalimat tak tertata yang bercampur dengan menu makanan Dobi, blasteran Doberman yang tinggal tunggu ajal. Tapi ibunya tahu itu adalah surat cinta. Barangkali segalanya tetap sama jika adik Abang, anak bungsu Bunda, tidak kembali dari merantau panjang di luar negeri. Sang adik, kata orang-orang, adalah hadiah dari Tuhan untuk ketabahan Bunda yang cepat menjanda, disusul musibah yang menimpa anak pertamanya, seorang gadis yang bahkan tak sempat lulus SD, yang meninggal karena penyakit langka dan tak ada obatnya, lalu anak keduanya, Abang, mengidap autis pada saat dunia kedokteran masih awam soal autisme sehingga tak pernah tertangani dengan baik. Anak bungsunya, yang juga laki-laki, menurut orang-orang adalah figur sempurna. Ia pintar, normal, dan fisiknya menarik. Ia hanya tak pernah di rumah karena sedari remaja meninggalkan Indonesia demi bersekolah. Barangkali sang adik tetap menjadi figur yang sempurna jika saja ia tidak memacari perempuan satu-satunya yang dikirimi surat cinta oleh kakaknya. Bunda tahu, secerek air panas dan cucian berwarna seragam sudah resmi bergandengan dengan rutinitas lain perempuan itu. Dan bagi Abang, rutinitas tidak sekadar hobi, tetapi eksistensi. Kali pertama Bunda mengetahui si bungsu dan perempuan itu berpacaran, Bunda langsung mengadakan pertemuan empat mata. Ia memilih perempuan itu untuk diajak bicara pertama karena dipikirnya akan lebih mudah. “Bagi kamu, ini pasti terdengar aneh. Mereka dua-duanya anak Bunda. Tapi kalau ditanya, siapa yang bisa mencintai kamu paling tulus, Bunda akan menjagokan Abang.” Perempuan itu terenyak. Apa-apaan ini? pikirnya gusar. Jangan pernah bermimpi dia akan memilih manusia satu itu untuk dijadikan pacar. Jelas tidak mungkin. Bunda melanjutkan dengan suara tertahan, “Dia mencintai tidak cuma dengan hati. Tapi seluruh jiwanya. Bukan basa-basi surat cinta, tidak cuma rayuan gombal, tapi fakta. Adiknya bisa cinta sama kamu, tapi kalau kalian putus, dia dengan gampang cari lagi. Tapi Abang tidak mungkin cari yang lain. Dia cinta sama kamu tanpa pilihan. Seumur hidupnya.” “Tapi… Bunda bukan malaikat yang bisa baca pikiran orang. Bunda tidak bisa bilang siapa yang lebih sayang sama saya. Tidak akan ada yang pernah tahu.” Saat itu mata Bunda berkaca-kaca. Begitu juga dengan matanya. Tak lama mereka menangis berdua. Namun, ia tahu perbedaan dirinya dengan Bunda. Bagi perempuan itu, cinta tanpa pilihan adalah penjara. Ia ingin dirinya dipilih dari sekian banyak pilihan. Bukan karena ia satu-satunya pilihan yang ada. Masih sambil berbaring, dengan punggung tangannya, perempuan itu mengusap-usap rumput. Lengannya bergerak lambat dan gemulai seolah menarikan tari perpisahan. Ini akan menjadi malam Minggu terakhirnya di pekarangan serapi lapangan golf. Semalam mereka bicara bertiga. Dia, Bunda, dan si bungsu. “Dia tidak bodoh.” “Bunda, saya tahu dia tidak bodoh.” “Dia akan segera tahu kalian berpacaran.” “Mami, lebih baik dia tahu sekarang daripada nanti setelah kami menikah.” Bunda melengakkan kepala dengan tatapan tak percaya. “Bagi abangmu, apa bedanya sekarang dan nanti?” “Kami tidak mungkin sembunyi-sembunyi seumur hidup!” Anak laki-lakinya setengah berseru. “Kalau perlu, kalian harus sembunyi-sembunyi seumur hidup!” balas Bunda lebih tegas. “Ini tidak adil. Ini tidak masuk akal…,” protes anaknya lagi. “Jangan bicara soal adil dan masuk akal. Aturan kamu, aturan kita, tidak berlaku bagi dia…,” desis Bunda, “kamu tidak tinggal di rumah ini. Kamu tidak mengenalnya seperti Mami.” Suatu hari, pernah ada anak indekos yang jail. Dia menyembunyikan satu dari seratus sabun koleksi Abang. Bunda sedang pergi ke pasar waktu itu. Abang mengacak-acak satu rumah, lalu pergi minggat demi mencari sebatang sabunnya yang hilang. Tiga mobil polisi menelusuri kota mencari jejaknya. Baru sore hari ia ditemukan di sebuah warung. Ada sabun yang persis sama dipajang di etalase dan Abang langsung menyerbu masuk untuk mengambil. Penjaga warung menelepon polisi karena tidak berani mengusir sendiri. Kejadian itu mengharuskan Abang diterapi selama beberapa bulan ke rumah sakit dan diberi obat-obat penenang. Bunda tahu betapa anaknya membenci rumah sakit dan obat-obatan itu hanya membuat otaknya rapuh. Tak ada yang memahami bahwa seratus sabun adalah syarat bagi anaknya untuk beroleh hidup yang wajar. “Kamu harus tetap kemari setiap malam minggu. Tidak bisa tidak,” kata Bunda kepada perempuan itu. “Dan selama di rumah ini, kalian tidak boleh kelihatan seperti kekasih. Buat kalian mungkin tidak masuk akal. Tapi hanya dengan begitu abangmu bisa bertahan.” Selepas berbicara dengan Bunda, mereka berbicara berdua. Mereka sepakat untuk selama-lamanya pergi dari kehidupan rumah itu. Tidak mungkin mereka terpenjara setiap minggu di sana. Mereka menolak menjadi bagian dari ritual menjerang air, cuci baju, dan seratus sabun. Di pekarangan dengan tinggi rumput seragam, perempuan itu mengucapkan selamat tinggal di dalam hati. Persahabatan yang luar biasa ternyata mensyaratkan pengorbanan di luar batas kesanggupannya. Perempuan itu mengucap maaf berkali-kali dalam hati. Sejenak lagi, malam Minggu terakhir mereka usai. Bunda menangisi setiap malam Minggu. Tidak pakai air mata karena ia tidak punya cukup waktu. Ia menangis cukup dalam hati. Semua anak indekos kini menyingkir jika malam Minggu tiba. Mereka tidak tahan mendengar suara lolongan, barang-barang yang diberantaki, dan seseorang yang hilir mudik gelisah mengucap satu nama seperti mantra. Menanyakan keberadaannya. Kalau beruntung, Abang akhirnya kelelahan sendiri lalu tertidur di pangkuan ibunya. Kalau tidak, sang ibu terpaksa menutup hari anaknya dengan obat penenang. Pada setiap penghujung malam Minggu, Bunda bersandar kelelahan dengan bulir-bulir besar peluh membasahi wajah, anaknya yang berbadan dua kali lebih besar tertidur memeluk kakinya erat-erat. Selain dengkuran dan napas anaknya yang memburu, tidak ada suara lain di rumah besar itu. Semua pergi. Dobi telah mati. Bunda tak bisa dan tak merasa perlu mengutuk siapa-siapa. Mereka yang tidak paham dahsyatnya api akan mengobarkannya dengan sembrono. Mereka yang tidak paham energi cinta akan meledakkannya dengan sia-sia. Perempuan muda itu benar. Dirinya bukan malaikat yang tahu siapa lebih mencintai siapa dan untuk berapa lama. Tidak penting. Ia sudah tahu. Cintanya adalah paket air mata, keringat, dan dedikasi untuk merangkai jutaan hal kecil agar dunia ini menjadi tempat yang indah dan masuk akal bagi seseorang. Bukan baginya. Cintanya tak punya cukup waktu untuk dirinya sendiri. Tidak perlu ada kompetisi di sini. Ia, dan juga malaikat, tahu siapa juaranya. Unsur Intrinsik Tema Cinta dan Kasih Sayang Penokohan 1. Abang anak kedua bunda yang mempunyai kelainan jiwa yaitu autis. 2. Leia, seorang perempuan yang indekos di rumah Abang dan kerap menemaninya dalam aktivitas sehari-hari. 3. Hans, adik dari Abang yang memiliki segalanya yang tidak dipunyai Abang. 4. Bunda sosok orangtua biasa menjadi pilar utama yang menyokong kehidupan sehari-hari mereka. Latar tempat -di pekarangan -di rumah bunda -di rumah sakit Latar Waktu -Pagi dan Sore -Malam Latar Suasana -Menyedihkan -Menegangkan -Bahagia Alur Maju Sudut Pandang Orang ketiga Pelaku Utama “Laki-laki itu terbaring di atas rumput, menatap bintang yang bersembulan dari carikan awan kelabu. Saat yang paling tepat untuk bermalam minggu di pekarangan.” Amanat Dalam cerpen ini menunjukkan tentang makna dari cinta yang abadi, tentang dedikasi seorang ibu kepada anaknya.
Penelitian ini ditujukan untuk menganalisis cerpen malaikat juga tahu karya Dee Lestari. Penelitian ini menggunakan pendekatan objektif, yang dimaksud adalah pendekatan yang mengkhususkan pada karya sastra tersebut secara terstruktur, sistematis. Metode penelitian yang digunakan dalam menganalisis cerpen malaikat juga tahu karya Dewi Lestari adalah menggunakan metode penelitian deskriptif kualitatif yang dimaksud adalah menganalisis secara menyeluruh, luas, dan mendalam. Dalam penelitian ini penulis menganalisis unsur intrinsik cerpen malaikat juga tahu karya dewi lestari yang memiliki hasil yaitu tema, tokoh, penokohan, alur, sudut pandang, latar, gaya Bahasa, dan amanat. manfaat penelitian ini dapat membantu untuk memahami isi dan pesan yang disampaikan penulis kepada pembaca. Dengan menggunakan kata yang mudah dipahami, konflik cerita yang sangat menyentuh hati, cerpen ini membuat saya dapat lebih memahami apa isi cerpen tersebut. To read the full-text of this research, you can request a copy directly from the has not been able to resolve any citations for this IsnainiIndra PermanaRiana Dwi LestariThe stories that traditional societies believe in that have developed and spread over the generations have given birth to the concept of collective memory and belief. These memories and beliefs manifest into myths. In many traditions of indonesian society, myth is born from mite, a story that involves the supernatural power, namely the power of the Gods. In Sundanese culture, mites often tell the story of the Gods who descended to earth with a certain mission. This study discusses the Sanghyang Kenit mite which used to be considered a sacred story. Mite Sanghyang Kenit is discussed in a dual perspective, namely as a story of the past and as a cultural artifact that manifests as a tourist destination. The method used in this study is descriptive qualitative with the object of the story as data. In addition, SWOT matrices strenghts; weaknesses; opportunities; and threats are used to analyze Sanghyang Kenit as a tourist destination in terms of uniqueness, authenticity, and scarcity. The results showed that Sanghyang Kenit mite can be a natural tourist attraction in Rajamandala Kulon village, West Bandung regency, namely by proving the existence of continuity between mites and potential tourist HerlianiHeri IsnainiPeni PuspitasariPenyuluhan ini bertujuan untuk menunjukkan pentingnya literasi pada siswa SMK terlebih di masa pandemik Covid 19. Literasi merupakan bagian dari proses peningkatan kemampuan siswa dalam memahami kompetensi dan peningkatan kemampuan berpikirnya. Kegiatan literasi adalah penghela untuk meningkatkan kemampuan siswa di bidang kompetensi sesuai dengan bidang keahliannya masing-masing. Siswa SMK yang sudah dibekali dengan bidang keahlian akan dibantu dengan maksimal dengan program literasi yang terarah dan terukur. SMK Profita kota Bandung adalah sekolah kejuruan yang memiliki 3 bidang keahlian, yaitu bidang keahlian akuntansi keuangan lembaga; otomatisasi tata kelola perkantoran, dan bisnis daring pemasaran. Ketiga bidang keahlian tersebut dapat dimaksimalkan dengan wujud literasi yang baik dan efektif. Gerakan Literasi Sekolah GLS adalah wujud keseriusan pemerintah dan sekolah dalam memaksimalkan literasi di sekolah. Gerakan ini menjadi tanggung jawab semua warga sekolah untuk meningkatkan kompetensi siswa melalui gerakan literasi. Penyuluhan ini dilakukan dengan tiga tahapan, yaitu 1 pengumpulan data dengan observasi dan pengamatan langsung; 2 persiapan penyuluhan yang terdiri atas persiapan materi dan media daring yang digunakan; 3 pelaksanaan penyuluhan dengan proses pemberian materi melalui media daring; 4 Evaluasi kegiatan. Hasil dari kegiatan penyuluhan ini menunjukkan tingkat literasi yang rendah dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti faktor ketersediaan bahan literasi, ketidaktahuan siswa, kurangnya motivasi berliterasi, dan teknik membaca yang salah. Dengan demikian, penyuluhan ini adalah usaha dan upaya untuk menumbuhkembangkan kegiatan literasi pada siswa SMK sehingga literasi dapat menjadi bagian untuk meningkatkan keahlian Christian SuryawinMaryadi WijayaHeri IsnainiThe language and context of speech cannot be separated from each other, the two intertwine in tandem and complement each other. The communication process uses language as a medium for conveying its message. Communicators speakers, communicants speakers, messages, and speech situations are necessary parts of communication that are expected to be smooth communication and the delivery of messages. The delivery of the message by the speaker becomes hampered when there is a misalignment of understanding received by the speaker. This is what pragmatics is trying to interpret. Pragmatics is the study of the relationship of language to its context. In a comprehensive understanding of language in communication will give birth to language functions that ultimately form a strong language character. It is presented in the article on speech acts and implicature in the use of IsnainiArtikel ini membahas konsep mistik-romantik pada tragedi bencana meletusnya gunung Krakatau pada novel Drama dari Krakatau karya Kwee Tek Hoay. Novel ini terinspirasi oleh novel Baron Edward Bulwer-Lytton yang berjudul The Last Day of Pompeii yang diterbitkan tahun 1834. Drama dari Krakatau karya Kwee Tek Hoay disajikan dengan konsep realis yakni dengan menampilkan deskripsi meletusnya gunung Krakatau pada tahun 1883. Artikel ini bertujuan menunjukkan konsep tersebut dengan menganalisisnya berdasarkan tataran tanda dalam konvensi novel. Mistik-romantik dalam novel ini dimaknai sebagai peristiwa yang digambarkan dalam perpektif sastrawan atas peristiwa bencana yang terjadi melalui kacamata karya sastra. Meletusnya gunung berapi Krakatau yang menewaskan puluhan ribu orang dan membuat bencana lain tersebut diposisikan sebagai bagian intertekstualitas oleh Kwee Tek Hoay dalam sudut pandang sastra. Sekaitan dengan itu, sastra dapat dipahami sebagai dokumen sejarah yang menggambarkan peristiwa secara jujur. Akhirnya, artikel ini menunjukkan novel Drama dari Krakatau sebagai alat dokumentasi tentang peristiwa bencana dengan balutan romansa cerita khas novel Melayu Tionghoa. Kata Kunci Krakatau, Kwee Tek Hoay, mistik-romantik, novel, sastra bencana Abstract This article discusses the mystical-romantic concept of the tragedy of the eruption of Mount Krakatau in the novel “Drama dari Karakatau” by Kwee Tek Hoay. The novel was inspired by Baron Edward Bulwer-Lytton's novel The Last Day of Pompeii published in 1834. The drama from Krakatau by Kwee Tek Hoay is presented with a realist concept, namely by displaying a description of the eruption of Mount Krakatau in 1883. This article aims to demonstrate the concept by analyzing it based on the state of signs in the novel convention. The mystics in this novel are interpreted as events depicted in the literati's perspective of catastrophic events that occur through the lens of literary works. The eruption of the Krakatau volcano that killed tens of thousands of people and made another disaster was positioned as part of intertextuality by Kwee Tek Hoay from a literary point of view. Related to it, literature can be understood as a historical document that describes events honestly. Finally, this article shows the novel “Drama dari Krakatau” as a tool for documentation of catastrophic events wrapped in the romance of stories typical of Chinese Malay novels. Keywords Krakatau, Kwee Tek Hoay, mystic-romantic, novel, disaster literatureHeri IsnainiYulia HerlianiArtikel ini membahas ideologi eksistensialisme pada puisi “Prologue” karya Sapardi Djoko Damono. Tujuan penelitian ini yakni untuk menunjukkan konsep ideologi eksistensialisme yang dibangun melalui struktur puisi dan relasi makna pada puisi “Prologue”. Metode yang digunakan dalam penelitian adalah deskriptif analitik dengan memfokuskan pada data dan objek penelitian teks. Pembahasan ideologi eksistensialisme difokuskan pada aspek-aspek tanda yang terdapat pada puisi tersebut. Pada penelitian ini, ideologi eksistensialisme diejawantah berdasarkan relasi tanda yang muncul sebagai bagian dari representasi yang mewakili sesuatu yang lain. Tanda-tanda yang akan dianalisis mengacu penanda dan petanda. Representasi terhadap tanda ini akan merujuk pada makna eksistensialisme yang ada pada keseluruhan puisi. Selain itu, pembahasannya akan diperkuat dengan intertekstualitas, yakni keterkaitan puisi “prologue” dengan teks lain. Hasil penelitian ini menunjukkan struktur puisi, relasi tanda, tataran tanda, dan makna menunjukkan konsep ideologi eksistensialime mengarah pada konsep kesadaran manusia akan diri, lingkungan, dan Tuhannya. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat memberikan wacana atas konsep ideologi dalam Levi-Strauss Mitos dan Karya SastraH S Ahimsa-PutraAhimsa-Putra, H. S. 2012. Strukturalisme Levi-Strauss Mitos dan Karya Sastra. Yogyakarta Kepel Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya SastraAminuddinAminuddin. 1995. Stilistika Pengantar Memahami Bahasa dalam Karya Sastra. Semarang IKIP Semarang Pemberian Hadiah terhadap Minat Siswa dalam Menulis Teks Cerpen pada Siswa SMP. Parole Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaD ApriliantiM N HerawatiH IsnainiAprilianti, D., Herawati, M. N., & Isnaini, H. 2019. Pengaruh Pemberian Hadiah terhadap Minat Siswa dalam Menulis Teks Cerpen pada Siswa SMP. Parole Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, IKIP Siliwangi, Vol. 2 Sajak Teori, Metodologi, dan AplikasiAtmazakiAtmazaki. 1991. Analisis Sajak Teori, Metodologi, dan Aplikasi. Bandung Ideologi dan Sastra HibridaS D DamonoDamono, S. D. 1999. Politik Ideologi dan Sastra Hibrida. Jakarta Pustaka pada Puisi "Perjalanan ke Langit" Karya Kuntowijoyo. Aksentuasi Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra IndonesiaH IsnainiIsnaini, H. 2022d. Semiotik-Hermeneutik pada Puisi "Perjalanan ke Langit" Karya Kuntowijoyo. Aksentuasi Jurnal Ilmiah Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, STKIP Subang, Volume 3, Nomor 1, Humor Pada Puisi "IklanH IsnainiY HerlianiIsnaini, H., & Herliani, Y. 2022a. Gaya Humor Pada Puisi "Iklan" Karya Sapardi Djoko Damono Jurnal Metabasa Universitas Siliwangi, Volume 4, Nomor 1, dalam Perpektif Greimas. Yogyakarta Pustaka PelajarJabrohimJabrohim. 1996. Pasar dalam Perpektif Greimas. Yogyakarta Pustaka stilistika puisi Sapardi Djoko DamonoT E TarsyadTarsyad, T. E. 2011. Kajian stilistika puisi Sapardi Djoko Damono. Banjarmasin Tahura Media.
Cerpen Dewi Lestari. Anak keempat dari lima bersaudara dari pasangan yohan simangunsong dan turlan br siagian alm ini, sejak kecil telah akrab dengan musik. Pengarang menyampaikan cerpennya berdasarkan observasi lingkungan untuk membuat cerpen yang berjudul “samsara”. Cerpen Dewi Lestari Satu Orang Satu Pohon Penggambar from Dee, demikian biasa dipanggil, adalah seorang penulis dan penyanyi pop. Tahun ini, saya merenungkan konsep merdeka yang sedikit berbeda. Delapan belas karya dalam bentuk yang bervariasi. Setidaknya, Pada Level Ritual, Setahun Sekali Kita Diajak Mengheningkan Cipta, Mengenang Jasa Pahlawan, Memikirkan Ulang Kontribusi Apa Yang Bisa Kita Beri Bagi Cerpen Dari Dewi Dari Dua Buku Yang Telah Disebutkan Di Atas, Filosofi Kopi Merupakan Kumpulan Cerpen Dan Prosa Yang Sudah 10 Tahun Ditulis Dan Dikumpulkan Dee Memulai Karier Menulis, Ia Lebih Dulu Dikenal Sebagai Pencipta Lagu Dan Penyanyi Dari Trio Vokal “Rida, Sita, Dewi” Pada Mei Sudah Langganan, Karya Dee Lestari Ini Kembali Masuk Top 5 Khatulistiwa Literary Award 2006. Setidaknya, Pada Level Ritual, Setahun Sekali Kita Diajak Mengheningkan Cipta, Mengenang Jasa Pahlawan, Memikirkan Ulang Kontribusi Apa Yang Bisa Kita Beri Bagi Indonesia. Saya sudah hafal aktivitas yang dia maksud, sekaligus rute perjalanan yang menanti kami. Delapan belas karya dalam bentuk yang bervariasi. Cerpen dewi lestari suasana 17 agustus selalu membangkitkan kembali pemaknaan dari merdeka itu sendiri. Begitulah Cerpen Dari Dewi Lestari. Dee, yang bernama lengkap dewi lestari, dilahirkan di bandung, 20 januari 1976. Ia, dan juga malaikat, tahu siapa juaranya. Cerpen tersebut ada di buku atau kumpulan cerpen berjudul rectoverso salah satu bacaan favorit saya pribadi. Berbeda Dari Dua Buku Yang Telah Disebutkan Di Atas, Filosofi Kopi Merupakan Kumpulan Cerpen Dan Prosa Yang Sudah 10 Tahun Ditulis Dan Dikumpulkan Dee Lestari. Pengarang “dewi lestari” menggunakan bahasa yang mudah di pahami untuk memudahkan para pembaca, sehingga pembaca tidak sulit untuk membaca cerpen dari dewi lestari. Kumpulan cerpen filosofi kopi karya dewi lestari ditulis sebagai salah satu syarat memperoleh gelar arjana sastra, fakultas s ilmu budaya, universitas sumatera utara, medan. Dan kita tak putus merumuskan cinta, padahal mungkin saja cinta yang merumuskan kita semua. Sebelum Memulai Karier Menulis, Ia Lebih Dulu Dikenal Sebagai Pencipta Lagu Dan Penyanyi Dari Trio Vokal “Rida, Sita, Dewi” Pada Mei 1994. Perbedaan itu tampak pada penggunaan bahasa dan gagasan yang disampaikan. Prosa cerpendewi lestari cerpen; Filosopi kopi, kumpulan cerpen dan prosa satu dekade. Seperti Sudah Langganan, Karya Dee Lestari Ini Kembali Masuk Top 5 Khatulistiwa Literary Award 2006. Umur 37 tahun adalah seorang penulis dan penyanyi asal indonesia. Terdapat 9 judul cerpen yang akan menjadi sumber data, yaitu tidur, firasat, cecak di dinding, peluk, hanya isyarat, aku ada, selamat ulang tahun, malaikat juga tahu, dan curhat buat sahabat. Di sana ada beberapa kumpulan cerpen, hanya saja yang difilkan hanya 5, nah salah satunya malaikat tanpa sayap ini yang ceritanya ada di awal.
cerpen dewi lestari malaikat juga tahu